Minggu, 12 Februari 2012

KOMPLEKSITAS PROBLEMATIKA DAKWAH DALAM POTRET MINIATUR INDONESIA

KOMPLEKSITAS PROBLEMATIKA DAKWAH DALAM POTRET MINIATUR INDONESIA
oleh: Siti Haifa Octaviarini
RESENSI BUKU: Pengembangan Metode Dakwah: Respon Da’I terhadap dinamika kehidupan beragama di kaki ciremai karya Dr.Acep Aripudin


Judul buku:Pengembangan Metode Dakwah: Respon Da’I terhadap dinamika kehidupan beragama di kaki ciremai
Penulis :Dr.Acep Aripudin
Penerbit :PT Raja Grafindo persada, Jakarta
Harga Buku :Rp. 50.000,00
Tebal, jumlah halaman :23 cm, 248 hlm.
Edisi, Tahun terbit :Edisi I cetakan ke-1, November 2011

Sebaik apapun maddah dapat ditolak manakala dakwah disampaikan dengan metode yang tidak mempertimbangkan kondisi sosio-psikologi manusia senada dengan Peribahasa arab “Athariqatu ahamimu min al-madah” bahwa metode lebih penting daripada materi seperti yang dikutip dalam kata pengantar oleh cendekiawan muslim, guru besar Prof. DR. Azyumardi Azra M.A. dalam buku ini menguak bagaimana realitas yang terjadi didalam masyarakat sehingga keprofesionalan da’I dengan segala keterampilan, kecakapan, dan contoh perilaku harus diperhitungkan agar tujuan dan feedback dalam dakwah diperoleh.

Pendekatan dakwah berdasarkan isu dakwah yang membangkitkan sentiment emosional umat Islam dari berbagai media informasi seakan membiaskan problem yang seharusnya (degradasi moral, keterbelakangan pendidikan, pengangguran, kriminalitas,dll) diangkat ke permukaan untuk menjadi main course yang harus disantap da’I dengan problem solving tentunya. metode pendekatan dakwah melalui penyesuaian dengan kondisi social-budaya manusia dan metode pendekatan dakwah melalui pengembangan ekonomi, pendidikan, cultural dirasa lebih mengena dalam konteks masyarakat Indonesia dewasa ini.

Seakan si penulis faham dengan realita tersirat, pria yang merupakan lulusan S3 konsentrasi Islamic studies konsentrasi dakwah dan komunikasi dari sekolah pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta menyajikan tawaran metode pendekatan dakwah yang lebih kolektif yang diperlukan pada masa kini dengan kenyataan bahwa metode pendekatan dakwah bersifat kontinu dan dinamis mengikuti dinamika perkembangan masyarakat yang menjadi subjek sekaligus objek dakwah.
Melalui celah dari salah satu sudut kecil di kabupaten kuningan, jawa barat yang memiliki tipologi masyarakat cultural dinamis yang pluralistic, sang dosen studi dakwah dan pengembangan masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung membeberkan secara detail tentang kompleksitas dakwah yang terjadi di daerah ini karena adanya fenomena konversi agama sebagai konsekuensi dakwah akibat isu arus demonstrasi dan modenisasi yang mengusung HAM karena faktor pluralistic agama seperti islam, khatolik, protestan, hindu, budha dan penganut aliran kebatinan yang dipelopori Madrais (Agama Djawa Sunda).

Hasilnya, Semakin kuat tingkat dinamika social, budaya dan agama, semakin kuat pula tekanan metode dakwah yang dilakukan da’i. metode dakwah bi al-hikmah dan al-maw’izah al-hasanah relevan dan bertahan diterapkan da’I pada masyarakat sederhana dan homogen secara social, budaya maupun dalam penganutan agama. Penerapan metode bi al-mujadalah dan bi al-hal merupakan respon da’I terhadap inovasi neo-ADS yang lebih signifikan dengan kebutuhan mad’u serta sesuai tuntutan. Sebagai pengembangan metode dakwah setelah munculnya penganut penghayat, umat katholik, dan pengikut protestan.

Penerapan metode ini merupakan bentuk signifikasi metode dakwah dengan kondisi mad’u setelah belajat dan berinteraksi yang mengarah pada bentuk dakwah kolektif dimana adanya keterlibatan da’I dalam membentuk dan membina masyarakat dalam pemberdayaan sehingga menerminkan dakwah dinilai lebih konsruktif. Penyuguhan dakwah metode dialog dan bil-hal dinilai relevan dengan kebutuhan masyarakat tanpa melihat background perbedaan agama suatu pemahaman islam yang lebih inklusif yang tidak hanya ditujukan kepada umat islam tetapi juga non islam.
Dengan penjabaran yang sistematis dan runtut Dr. acep Aripudin yang mendapatkan gelar S1 di fakultas Ushuluddin (1996) dan megister (S2) prodi studi masyarakat islam (2000) UIN Sunan Gunung Djati Bandung membagi bukunya ke dalam 5 bab pokok pembahasan yaitu dakwah, komunikasi dan teori belajar social; setting sosal lokasi studi; penerapan metode dakwah bi al-hikmah dan al-maw’izah al-hasanah; penerapan metode bi al-mujadalah; penerapan metode bil hal yang dapat disimpulkan bahwa respon da’I dalam penerapan metode dakwah ini sangat variatif. Maksudnya, mengalami perubahan sesuai dengan kuatnya dinamika social-budaya dan agama masyarakat.

Pria kelahiran taikmalaya, 29 April 1975 ini melalui Studi kasusnya berusaha mendeskripsikan berbagai dinamika kompleksitas problematika dakwah dengan analisa secara metodologis yang focus pada situasi cultural dan kemajemukan masyarakat. Berbagai pendekatan yang menarik melaui perspektif sosiologi, antropologi dan komunikasi digunakan oleh penulis yang sedang meneliti tentang tipologi pertahanan dan kejatuhan pesantren di jawa barat dan geneologi dakwah kaum sufi di Indonesia ini.

Sebuah penelitian yang dibukukan sehingga kesistematisan, kepaduan, kelogisan teramat apik dengan penggunaan bahasa ilmiah yang sedikit menyulitkan dipahami dan adanya sedikit kesalahan penulisan dapat ditepis dengan penjelasan kembali secara detail di bagian footnote yang memberikan kesan sempurna dalam pemberian informasi kepada pembaca.

Dr. Acep Aripudin telah Memberikan suatu metode pendekatan dakwah yang menuntut keterbukaan dan memperkenalkan Islam yang non spektarian dan lebih dialogis dari para da’I melaui proses penerapan metode dakwah berdasarkan respond da’I terhadap dinamika kehidupan beragama dengan penggunaan metode pendekatan yang bersifat kooperatif, akomodatif dan dialektik sebagai konsekuensi logis pemahaman para da’I terhadap islam.

Dengan adanya sebuah master piece ini, memberikan kontribusi penting bagi metodologi dan substansi dakwah terhadap masyarakat plural multicultural dalam hal agama, budaya dan social. Buku ini tidak hanya bacaan urgent bagi akademisi fakultas dakwah dan komunikasi karena seakan membuka gerbang selebar-lebarnya untuk akademisi mengkaji dakwah dengan kerangka piker sosiologis bukan lagi teologis maupun historis. Namun, para da’I, mubaligh, dan ulama yang menjadi agent social of change pada tataran praktis dalam menjalankan dakwah dirasa perlu membaca maha karya ini jika ingin memahami medan dakwah yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar