Kamis, 07 April 2011

HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT DAN TASAWUF

HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT DAN TASAWUF

A. PENDAHULUAN
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang mengedepankan persoalan kalam Tuhan dengan dasar-dasar argumentasi, baik rasional/aqliyah (berpikir filosofis) maupun naqliyah (dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits). Ilmu kalam atau ushuluddin atau aqidah atau teologi membahas masalah ketuhanan dan kewajiban manusia terhadap tuhan, tentang keimanan, serta kufur dengan menggunakan argumentasi logika. Berbicara Siapa yang sebenarnya muslim dan masih tetap dalam islam, siapa yang sebenarnya kafir den telah keluar dari islam, bagaimana dengan muslim yang mengerjakan hal haram dan kafir yang mengerjakan hal baik. Empat masalah pokok dalam ilmu kalam yaitu mengetahui tuhan dan kewajiban mengetahui tuhan serta mengetahui baik dan jahat dan kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi kejahatan.
Ilmu kalam memiiki hubungan sengan disipin ilmu-ilmu keislaman lainnya. Ilmu kalam berhubungan terutama dengan filsafat dan tasawuf dan yang lainnya misalnya fiqih dan ushul fiqih ditinjau melalui objek kajian, hasil kajian (kebenaran) yang memuncukan titik persamaan diantara ketiganya sedangkan metode, perkembangan keilmuan, dasar argumentasi, dan dilihat dari aspek aksiologi sehingga muncul pula titik perbedaan diantara ketiganya.

B. PERSAMAAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sedangkan objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi dilihat dari objeknya ketiga ilmu itu membahas tentang ketuhanan. Menurut argument filsafat, ilmu kalam dibangun di atas dasar logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tak bisa dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimental). Kerelatifan logika menyebabkan beragamnya kebenaran yang dihasilkan. Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berususan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.

C. PERBEDAAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF
Perbedaan antara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika (aqliyah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir filosofis) dan argumentasi naqliyah yang berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadilah) /dialog keagamaan.Sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mendalam) dan terikat logika. Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh kerja logika maka di dalam filsafat dikenal dengan yang disebut:

kebenaran korespodensi: persesuaian antara suatu pernyataan fakta dan data itu sendiri Tidak sesuai dengan Apa yang ada dalam rasio dan alam nyata

kebenaran koherensi: kesesuaian antara suatru pertimbangan baru dan suatu pertimbangan yang telah diakui kebenarannya secara umum dan permanen. Tidak sesuai dengan kebenaran ulama umum

kebenaran pragmatik: sesuatu yang bermanfaat (utility) dan mungkin dapat dikerjakan dengan dampak yang memuaskan. Tidak terlihat manfaat nyata dan sulit untuk dikerjakan.


Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran hudhuri, yaitu suatu kebenaran yang objeknya datang dari subjek sendiri.

Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Filsafat berkembang menjadi sains dan fisafat sendiri. Tasawuf berkembang menjadi tasawuf praktis dan teoritis.
Dilihat dari aspek aksiologinya, ilmu kalam berperan sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal Tuhan secara rasional. Adapun filsafat berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya langsung. Sedangkan tasawuf lebih berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya secara bebas karena tidak memperoleh apa yang ingin dicarinya.

D. KORELASI ANTARA ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT, TASAWUF, DAN FIQIH
a) Ilmu Kalam dengan Filsafat
Ilmu kalam merupakan bagian atu ruang lingkup dari filsafat (Ibn Khadun, A-Iji, Musthafa Abd al-Razik, Renant) terutama filsafat islam karena persoalan-persoalan ketuhanan meluas yang dalam kenyataanya penggunaan dalil aqli melebihi penggunaan dalil naqli.

Filsafat dijadikan sebagai aat untuk membenarkan nash agama. Filsafat mengawali pembuktiannya dengan argumentasi akal, barulah pembenarannya diberikan wahyu sedangkan ilmu kalam mencari wahyu yang berbicara tentang keberadaan Tuhan baru kemudian didukung oleh argumentasi akal.

b) Ilmu Kalam dengan Imu Tasawuf
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai:
• pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam
• Penghayatan yang mendalam lewat hati (dzauq dan widjan) terhadap ilmu tauhid dan ilmu kalam agar lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku.
• penyempurnaan ilmu tauhid (ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniyah dari ilmu tauhid)
• pemberi kesadaran rohaniah dan perdebatan-perdebatan kalam agar ilmu kalam tidak dikesani sebagai dialetika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qabliyah (hati).
Dalam kaitannya dengan Ilmu Tasawuf, Ilmu kalam berfungsi sebagai:
• pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah atau belum pernah diriwayatkan oleh ulama-ulama salaf, hal itu harus ditolak.

Dapat dilihat bahwa ilmu tauhid merupakan jenjang pertama dalam pendakian menuju Allah. Begitu juga Dengan ilmu tasawuf , semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan aplikatif.

c) Ilmu kalam dengan Fiqih dan Ushu Fiqih
Menurut Abu Hanifah hokum islam (Fikih) terbagi kedalam dua yaitu Fiqih Al-akbar dan Fiqih Al-Asghar, Fiqih al-Akbar merupakan keyakinan, pokok agama, ketauhidan sedangkan fiqih al-Asghar adalah cabang agama berupa cara-cara beribadah seperti muamalah. Dari pendapat Abu Hanifah bahwa adanya hubungan antara ilmu kalam dengan fiqih. Ilmu kalam membahas soal-soal dasar dan pokok, pandangan lebih luas, tinjauan dapat memberi sikap toleran, member keyakinan yang mendalam berdasarkan pada landasan yang kuat sedangkan Fiqh membahas soa furu’ atau cabang dan ranting, pandangannyapun lebih detai dan rinci.
Dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan hokum diperlukan ijtihad yaitu suatu usaha dengan mempergunakan akal dan prinsip kelogisan untuk mengeluarkan ketentuan hokum dari sumbernya. Misalnya adalah qiyas yaitu menyamakan hokum sesuatu yang tidak ada nask hukumnya dengan hokum sesuatu yang lain atas dasar persamaan illat. Dalam menentukan persamaan diperlukan pemikiran. Artinya, pertimbangan akal diniai lebih baik bagi kehidupan masyarakat dan perorangan.
Aliran-aliran teologi dalam islam semuanya memakai akal dalam menyelesaikan persoalan teologinya dan berpedoman kepada wahyu, yang membedakannya yatu dalam derajat kekuataan yang diberikan kepada akal dan dalam interpretasi mengenai teks al-Quran dan Hadits. Teolog yang berpendapat akal memiliki daya yang kuat memberi interpretasi yang liberal mengenai teks ayat al-Quran dan hadits (terikat ayat qath’i) sehingga dinamakan teologi liberal yang bebas berkehendak (contoh:mu’tazilah) yang berpegang teguh pada logika namun sukar ditangkap golongan awam dan Teolog yang berpendapat akal memiliki daya yang lemah memberi interpretasi harfi/dekat mengenai teks ayat al-Quran dan hadits (terikat ayat zanni) sehingga dinamakan teologi tradisional yang terbatas dalam berkehendak (contoh: as’ariyah) yang berpegang pada arti harfi dan kurang menggunakan logika namun mudah diterima kaum awam. Begitupun madzhab-madzhab dalam fiqih adanya perbedaan dikarenakan kemampuan akal dalam menginterpretasikan teks Al-Quran dan Hadits.

E. PENUTUP
Hubungan Ilmu kalam, filsafat dan tasawwuf ketiganya berusaha mencari kebenaran (al-haq) dengan metode berbeda jika tasawuf memperoleh kebenaran sejati melalui mata hati, ilmu kalam ingin mengetahui kebenaran ajaran agama melalui penalaran ratio lalu dirujukkan kepada nash, dan fisafat menghasilkan kebenaran spekulatif tentang segala yang ada. Pada intinya ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat ghaib/rahasia yang dianggap sebagai kebenaran terjauh dimana tidak semua orang dapat menjangkaunya.

everything about: MANAJEMEN DAKWAH

MATA KULIAH : DASAR-DASAR MANAJEMEN DAKWAH
JURUSAN/FAKULTAS : MANAJEMEN DAKWAH/DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER DASAR-DASAR MANAJEMEN DAKWAH

1. PENGERTIAN MANAJEMEN DAKWAH
Menurut Prof. DR. H. M. Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni manajemen dan dakwah. Kedua kata ini berangkat dari dua disiplin ilmu yang sangat berbeda sama sekali. Istilah yang pertama, berangkat dari disiplin ilmu yang sekuler, yakni Ilmu Ekonomi. Ilmu ini diletakan di atas paradigma materialistis. Prinsipnya adalah dengan modal yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Sementara itu istilah yang kedua berasal dari lingkungan agama, yakni Ilmu Dakwah. Ilmu ini diletakan di atas prinsip, ajakan menuju keselamatan dunia dan akhirat, tanpa paksaan dan intimidasi serta tanpa bujukan dan iming-iming material. Ia datang dengan tema menjadi rahmat semesta alam. Manajemen dakwah untuk mengatur dan mengantarkan dakwah tepat sasaran mencapai tujuan yang diharapkan yag mmengandung edukasi, kritik dan kontrol sosial sebagai sarana penyampaian informasi ajaran islam.

A.Rosyad Sholeh mengartikan manajemen dakwah sebagai proses perencanaan, tugas, pengelompokkan tugas, menghimpun dan menetapkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke arah pencapaian tujuan dakwah. Inilah yang merupakan inti dari manajemen dakwah, yaitu sebuah pengaturan secara sisitematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktifitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah.

Dalam redaksi lain yang maknanya sama dengan Manajemen Dakwah yaitu manajemen pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan Ramayulis (2008:260) adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

Kesimpulan yang dapat ditarik bahwa Manajemen Dakwah adalah suatu seni dan juga ilmu pengetahuan yang merupakan suatu proses kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas dakwah dengan prinsip-prinsip manajemen yaitu perencanaan, pengaturan, pengorganisasian, pengendalian untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka proses transmisi, transformasi, dan difusi serta internalisasi ajaran Islam untuk kebahagiaan dunia akhirat. Karena dalam Manajemen Dakwah bagaimana pean dakwah dapat diterima namun harus terjadi perubahan yang diaktualisasikan dalam kehidupan sosial dan bagaimana gerakan dakwah terorganisir dengan efektif dan efisien.

2. TUJUAN MANAJEMEN DAKWAH
Tujuan adalah sesuatu hasil (generalis) yang ingin dicapai melalui proses manajemen. Pengertian tujuan dan sasaran hampir sama bedanya hanya gradual saja, tujuan maknanya hasil yang umum sedangkan sasaran berarti hasil yang khusus. Tujuan menurut G. R. Terry adalah hasil yang diinginkan yang melukiskan skop yang jelas, serta memberikan arah kepada usaha-usaha seorang manajer. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana, karena itu hendaknya tujuan ditetapkan ”jelas, realistis, dan cukup cukup menantang berdasarkan analisis data, informasi, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang ada.

Tujuan merupakan sebuah pernyataan yang memiliki makna, yaitu keinginan yang dijadikan pedoman bagi manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu. Tujuan [objective] diasumsikan berbeda engan sasaran [goals]. Dalam tujuan memiliki target-target tertentu untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan sasaran adalah pernyataan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak untuk menentukan arah organisasi dalam jangka panjang.

Tujuan umum dakwah [mayor objective] merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam aktivitas dakwah. Ini berarti, bahwa tujuan dakwah masih bersifat umum [ijmali] dan utama, dimana seluruh gerak langkah proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan padanya. Dengan demikian, tujuan dakwah secara umum sebagaimana yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an adalah mengajak umat manusia [meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik] kepada jalan yang benar yang diridhai Alllah SWT. Untuk memudahkan dalam pelaksanaanya, maka tujuan-tujuan yang bersifat umum tersebut harus diklasifikasikan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih operasional dan spesifik sehingga dapat dievaluasi keberhasilan yang telh dicapai. Perumusan suatu tujuan diperlukan sebuah kejelasan [clarity] dan operasional. Artinya, tujuan yang dirumuskan tidak terlalu ideal, bertele-tele bahasanya, dan kemungkinan mampu unttuk dikerjakan.

Dalam redaksi lain bahwa Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga maupun sosial kemasyarakatnya, agar mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. Sedangkan tujuan dakwah secara khusus dakwah merupakan perumusan tujuan umum sebagai perincian daripada tujuan dakwah Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui ke mana arah dan maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dengan cara yang bagaimana dan sebagaimana dengan cara yang terperinci. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari over lopping dalam kegiatan dakwah dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena luasnya tujuan dakwah, maka dapat diklasifikasikan ke dalam tujuan urgen dan tujuan incidental.

Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai dan diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah yaitu Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah Swt. Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya mengemukakan tujuan dakwah bahwa pada khususnya tujuan dakwah itu ialah:
• Mengajak umat manusia yang sudah memeluk islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah swt.
• Membina mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf.
• Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah (memeluk agama islam).
• Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fithrahnya

Sementara itu M. Natsir, dalam serial dakwah Media Dakwah mengemukakan, bahwa tujuan dari dakwah itu adalah memanggil kita pada syariat, untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup perseorangan atau persolanan rumah tangga, berjamaah masyarakat, berbangsa-bersuku bangsa, bernegara dan berantar-negara. Memanggil kita pada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas yang berisikan manusia secara heterogen, bermacam karakter, pendirian dan kepercayaan, yakni fungsi sebagai syuhada’ala an-naas, menjadi pelopor dan pengawas manusia. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.

Secara umum tujuan dan kegunaan manajemen dakwah adalah untuk menuntun dan memberikan arah agar pelaksaan dakwah dapat diwujudkan secara professional dan proporsional. Artinya, dakwah harus dapat dikemas dan dirancang sedemikian rupa sehingga gerak dakwah merupakan upaya nyata yang sejuk dan mnyenangkan dalam usaha meningkatkan kualitas akidah dan spiritual, sekaligus kualitas kehidupan social, ekonomi, budaya, dan politik umat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Searah dengan itu, pendekatan pemecahan masalah harus merupakan pilihan utama dalam dakwah. Untuk pengembangan strategi pendekatan pemecahan masalah tersebut penelitian dakwah harus dijadikan aktivitas pendukung yang perlu dilakukan, karena dari hasil penelitian akan diperoleh informasi kondisi objektif dilapangan baik yang berkenaan dengan masalah internal umat sebagai objek dakwah maupun hambatan dan tantangan serta factor pendukung dan penghambat yang dapat dijadikan potensi dan sumber pemecahan masalah umat dilapangan.

Jadi, pada hakikatnya tujuan manajemen dakwah di samping memberikan arah juga di maksudkan agar pelaksaan dakwah tidak lagi berjalan secara konvensional seperti tabligh dalam bentuk pengajian dengantatap muka yanpa pendalaman materi, tidak ada kurikulum, jauh dari interaksi yang dialogis dan sulit untuk dievaluasi keberhasilannya. Meskipun disadari bahwa kita tidak boleh menafikan bagaimana pengaruh positif kegiatan tabligh untuk membentuk opini masyarakat dalam menyikapi ajaran Islam pada kurun waktu tertentu terutama pada lapisan masyarakat menengah ke bawah. Akan tetapi, agaknya metode itu tidak mungkin lagi dipertahankan seluruhnya kecuali untuk hal-hal yang bersifat informative dan bersifat missal, karena dalam konteks kekinian sudah semakin tidak digemari terutama oleh generasi muda dan kaum intelektual.

Akhirnya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara umum tujuan dan kegunaan manajemen dakwah adalah untuk menuntun dan memberikan arah agar pelaksanaan dakwah dapat diwujudkan secara professional dan proporsional. Dan pada hakikatnya tujuan manajemen dakwah disamping memberikan arah juga dimaksudkan agar pelaksanaan dakwah tidak lagi berjalan secara konvensional seperti tabligh dalam bentuk pengajian dengan tatap muka tanpa pendalaman materi, tidak ada kurikulum, jauh dari interaksi yang dialogis dan sulit untuk dievaluasi keberhasilannya

3. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal. adapun fungsi-fungsi manajemen adalah:
a) Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut. Suatu proses penentuan tujuan dan Pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.
Manajer harus memutuskan apa yang harus dikerjakan ini berhubungan dengan fungsi perencanaan yaitu proses penetapan tujuan dan penentuan tindakan apa yang harus diambil untuk mencapainya. Perencanaan merupakan fungsi yang harus dijalankan oleh manajer untuk menentukan tujuan dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan, seperti strategi, kebijakan, program dan prosedur, untuk mencapai tujuan tersebut. Bahwa tindakan-tindakan manajer didasarkan atas beberapa metode atau logika tertentu dan bukan atas dasar firasat. Rensana sebagai hasil dari proses perencanaan memberi organisasi tujuan-tujuan. Setelah tujuan ditetapkan, maka startegi, kebijakan, program dan prosedur kemudian ditentukan sebagai cara untuk mencapai tujuan tersebut.
b) Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan. suatu tindakan mengusakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
c) Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya. Menurut Drs. Malayu S.P. Hasibuan, Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. dalian / Controling
d) Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. suatu pengukur dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara.
Tambahan:
e) Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran. Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berfokus pada pengaturan tugas-tugas yang ahrus dikerjakan untuk mencapai tujuan. Ini berhubungan dengan pembagian kerja dan merancang unit-unit untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah direncanakan. Jadi pengorganisasian merupakanproses mengatur dan mengalokasi tugas-tugas, pekerjaan, wewenang, peran-peran termasuk koordinasi hubungan-hubungan antar bagian baik secara vertical maupun horizontal dalam suatu struktur organisasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Semakin jelas dan terpadu tugas-tugas yang direncanakan dalam suatu organisasi akan semakin efektif organisasi itu mencapai tujuannya.
f) Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :
• Mengambil keputusan
• Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.
• Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
g) Directing/Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
h) Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai dengan apa yang diinginlan atasan
i) Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.
j) Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula. Akhirnya, manajer perlu mengetahui apakah karyawan mengerjakan tugas mereak sesuai denagnapa yang telah direncanakan. Ini merupakan tugas manajer yang berhubungan dengan fungsi pengontrolan, yaitu proses pengukuran pelaksaan kerja atau kinerja actual, membandingkan hasil denagn standar organisasi dan tujuan, dan mengambil tindakan korektif jika dibutuhkan.
Jadi pengontrolan merupakan fungsi yang dijalankan manajer untuk menjamin bahwa organisasi dan tindakan-tindakan anggotanya bergerak kearah tujuan yang sudah ditetapkan. Yang utama dilakukan dalam pemgomtrolan ialah menetapkan standar kinerja, mengukur kinerja nyata dan membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan. Jika ternyata terjadi penyimpangan maka dilakukan tindakan perbaikan. Jadi fungsi pengontrolan membantu menjamin pencapaian tujuan.
k) Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
l) Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi. Pengisian staf adalah proses pengaturan dan pengalokasian sumberdaya manusia untuk melaksanakan tugas yang sudah ditetapkan dalam pengorganisasian. Manajemen mamutuskan siapa yang tepat mengerjakan pekerjaan tersebut. Ini dilakukan manajer malalui fungsi fungsi staf. Ini berarti pengisian staf merupakan kegiatan untuk mengisi orang yang tepat untuk melaksanakantugas-tugas dan pekerjaan yang sudah ditetapkan didalam struktur organisasi. Keefektifan suatu organisasi sangat tergantung pada kemampuan organisasi tersebut untuk menyusun dan mengerahkan sumberdaya manusia untuk mencapai tujuannya, pengadaan, seleksi serta orientasi dan penempatan pegawai merupakan kegiatan penting dalam proses pengisian staf.
m) Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat dilakukan
Fungsi manajemen menurut para ahli :
 Louis A. Allen :Leading, Planning, Organizing, Controlling.
 Prajudi Atmosudirdjo :Planning, Organizing, Directing, atau Actuating and Controlling.
 John Robert B., Ph.D :Planning, Organizing, Command -ing, and Controlling.
 Henry Fayol :Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling.
 Luther Gullich :Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgeting.
 Koontz dan O’Donnel :Organizing, Staffing, Directing, Planning, Controlling.
 William H. Newman :Planning, Organizing, Assem-bling, Resources, Directing, Controlling.
 Dr. S.P. Siagian., M.P.A : Planning, Organizing, motivating and Controlling.
 William Spriegel : Planning, organizing, Controlling
 Lyndak F. Urwick :Forecasting, Planning Orga-nizing, Commanding, Coordina-ting, Controlling.
 Dr. Winardi, S.E :Planning, Organizing, Coordi-nating, Actuating, Leading, Co-mmunication, Controlling
 The Liang Gie :Planning, Decision making, Directing, Coordinating, Control-ling, Improving.
 James A. F. Stoner :Planning, Organizing, Leading, and Controlling.
 George R. Terry :Planning, Organizing, Staffing, Motivating, and Controlling.

4. FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH
Fungsi manajemen dakwah terbagi menjadi empat yaitu:

 Takhtith (Perencanaan dakwah )
Perencanaan (takhtith) merupakan starting point dari aktivitas manajerial. karena bagaimanapun sempurnanya suatu aktivitas manajemen tetap membutuhkan sebuah perencanaan. Karena perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil yang optimal. Alasanya, bahwa tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha mencapai tujuan. Jadi perencanaan memiliki peran yang signifikan, karena ia merupakan dasar dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan selanjutnya. Oleh karena itu, agar proses dakwah dapat memperoleh hasil yang maksimal, maka perencanaan itu merupakan sebuah keharusan. Segala sesuatu itu pasti membutuhkan rencana. Dalam aktivitas dakwah, perencanaan dakwah bertugas menentukan langkah dan program dalam menentukan setiap sasaran, menentukan sarana-prasarana atau media dakwah, serta personel da'i yang akan diterjunkan. Menentukan materi yang cocok untuk sempurnanya pelaksanaan, membuat asumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi yang kadang-kadang dapat memengaruhi cara pelaksanaan program dan cara menghadapinya serta menentukan alternatif-alternatif, yang semua itu merupakan tgas utama dari sebuah perencanaan.
Sementara itu Rosyad Saleh, dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam menyatakan, bahwa perencanaan dakwah adalah proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang matang dan sistematis, mengenai tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka menyelenggarakan dakwah.

 Tanzhim (pengorganisasian, penyusunan)
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingg tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka menacapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Sementara itu, Rosyid Saleh mengemukakan bahwa rumusan pengorganisasian dakwah itu adalah “rangkaian aktivita menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi setiap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan organisasi atau petugasnya.

 Tawjih (Penggerakan dakwah)
Penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan. Dalam penggerakan dakwah ini, pimpinan menggerakan semua elemen organisasi untuk melakukan semua aktivitas-aktivitas dakwah yang telah direncanakan, dan dari sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisir, di manafungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah. Selanjutnya dari sini juga proses perencanaan,pengorganisasian dan pengendalian atau penilaian akan berfungsi secara efektif.
Adapun pengertian penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan orrganisasi dengan efisien dan ekonomis. Motiving secara implicit berarti, bahwa pimpinan organisasi di tengah bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, instruksi, nasihat, dan koreksi jika di perlukan.

 Riqabah (Pengendalian Dan Evaluasi Dakwah)
Pada organisasi dakwah, penggunaan prosedur pengendalian ini diterapkan untuk memastikan langkah kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sarana dan penggunaan sumber daya manusia secara efisien. Pengendalian juga dapat dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan mengukur penyimpangan dari prestasi yang direncanakan dan menggerakan tindakan korektif.

5. UNSUR-UNSUR MANAJEMEN DAKWAH
Unsur-unsur manajemen dakwah merupakan suatu korelasi antara unsur manajemen dan unsur dakwah. Unsur-unsur Manajemen itu terdiri dari men, money, methods, materials, machines, and market disingkat 6M: Men, yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional atau pelaksana; Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; Methods, yaitu cara-cara ynag dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan; Materials, yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan; Machines, yaitu mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk mencapai tujuan; dan Market, yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dan Dakwah dalam prosesnya akan melibatkan unsur-unsur (rukun) dakwah yang terbentuk secara sistematik, artinya antara unsur yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Unsur-unsur tersebut ialah da'i (pelaku dakwah), mad'u (mitra/objek dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah).

 Da’i (Subjek Dakwah)
Da’I adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secar langsung atau tidak langsung, melalui lisan, tulisan atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran islam atau menyebarluaskan ajaran islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut ajaran islam. Da’i dalam posisi ini disbut subjek dakwah, yaitu pelaku dakwah yang senantiasa aktif menyebarluaskan ajaran islam.

 Maudu (Pesan Dakwah)
Maudu atau pesan dakwah adalah pesan-pesan, materi atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh da’i (subjek dakwah) kepada mad’u (objek dakwah), yaitu keseluruhan ajaran islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunah Rasul-Nya. Atau disebut juga al-haq (kebenaran hakiki) yaitu al-Islam yang bersumber al-Quran (lihat QS. al-Isra [17]:105)

 Uslub (Metode Dakwah)
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, merupakan gabungan dari kata meta yang berarti melalui, mengikuti, sesudah, dan kata bodos berarti jalan, cara. sedangkan dalam bahasa arab metode disebut Thariq atau thariqah yang berarti jalan atau cara. kata-kata tersebut identik dengan kata al-ushlub.. Metode dakwah (ushlub al-Da’wah) adalah suatu cara dalam melaksanakan dakwah, menghilangkan rintangan atau kendala-kendala dakwah, agar mencapai tujuan dakwah secara efektif dan efisien.

 Wasilah al-Da’wah (Media Dakwah)
Secara bahasa wasilah merupakan bahasa arab, yang bisa berarti: al-wushlah, al-ittishal, yaitu segala hal yang dapat menghantarkan tercapainya kepada sesuatu yang dimaksud. Media dakwah adalah ayat objektif yang menjadi saluran yang dapat menghbungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah yang keberadaannya sangat urgent dalam menentukan perjalanan dakwah.

 Mad’u (Objek Dakwah)
Mad’u atau sasaran (objek) dakwah adalah seluruh manusia sebagai makhluk Allah yang dibebani menjalankan agama Islam ddan diberi kebebasan untuk berikhtiar, kehendak dan bertanggug jawab atas perbuatan sesuai dengan pilihannya, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa, dan umat manusia seluruhnya. Sebagai makhluk Allah yang diberi akal dan potensi kemampuan berbuat baik dan berbuat buruk, sebagai makhluk yang terken sifat lupa akan janji dan pengakuannya bahwa Allah adalah Tuhannya ketika di alam ruh sebelum ruh tersebut bersatu dengan jasad.

 Atsar (efek dakwah)
Atsar sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses) dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da'i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.

6. LANDASAN MANAJEMEN DAKWAH

a. Landasan normatif dari manajemen dakwah yaitu Al-Quran dan As-Sunnah yang dijadikan pijakan sekaligus sumber mengapa dakwah akan terus dilaksanakan dan diperjuangkan oleh pengembangnya yaitu umat Islam. Sebagai landasan manajemen dakwah secara normative, dalam al-Quran, terdapat banyak ayat yang memerintahkan berdakwah bagi umat Islam, sebagai upaya menyeru umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan meninggalkan perbuatan buruk.
 Al-quran merupakan kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Selai itu, ia juga berfungsi sebagi kitab yang diturunkan agar manusia keluar dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang atau cahaya kebenaran. Ia juga berfungsi sebagai rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin. Dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan berdakwah bagi umat Islam, sebagai upaya menyeru umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan meninggalkan perbuatan buruk.
 Al-hadits adalan informasi tentang sunnah Nabi yang merupakan bayan utama atas al-quran sebagai kitab dakwah dan sekaligus mengaktualisasikan uswah hasanah dalam melaksanakan dakwah Islam. Sederetan sunnah Nabi, baik yang bersifat tekstual maupun kontekstual sudah begitu jelas menempatkan posisi penting dakwah.
Dalam kaitan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah itu sendiri. Dimana setiap aktivitas dakwah khususnya dalam skala organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan. Dibutuhkan sebuah pengaturan, dan manajerial yang baik, ruang lingkup kegiatan dakwah merupakan sarana atau alat pembantu pada aktivitas dawah itu sendiri.

b. Sedangkan landasan manajemen dakwah secara filosofis, diantaranya adalah:
 Menuntun keyakinan umat manusia sesuai dengan fitranya yaitu tauhidullah (memilki keyakinan kepada Allah Swt)
 Membangun keimanan umat manusia yang senantiasa pluktuatif (bertambah dan berkurang) agar senantiasa stabil (kokoh) dalam beriman dan beramal shaleh di bawah landasan karena Allah.
 Dakwah merupakan penuntun akal manusia dalam mencari dan menjalankan kebenaran, jika akal dapat dan wajib beriman kepada Allah sebelum datangnya azab Allah terhadap orang-orang yang menyimpangkan akalnya bagi mendurhakai Tuhan
 Dakwah Islam menjadi dasar dan alasan bagi akal untuk melaksanakan kewajiban beriman kepada Allah, sebab, sebelum datangnya dakwah yang dibawa oleh Rasul Allah menusia tidak akan mendapat azab (siksa) dari Allah. (QS. Al-Isra:15)
 Merealisasikan Islam sebagai rahmatan lil al-alamin (menebar kasih sayang Tuhan dan keselamatan

7. PRINSIP MANAJEMEN DAKWAH
 Prinsip Konsolidasi
Prinsip ini menandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan mantap dan stabil, jauh dari konflik, dan terhidar dari perpecahan, baik lahiriah maupun batiniah. (QS. Ali Imran : 103)

 Prinsip Koordinasi
Prinsip ini berarti organisasi dakwah harus mampu memperliahtkan kesatuan gark dalam satu komando. Ketertiban dan keteraturan merupakan cirri khasnya, karena prinsip koordinasi mengisyaratkan betapapun banyaknya pembagian kelompok kerja dan jauhnya rentang kendali dalam medan yang luas, namun denyut nadinya tetap satu dan senapas (QS. Ash-Shaff : 14)

 Prinsip Tajdid
Prinsip ini memberi pesan bahwa organisasi dakwah harus selalu tampil prima dan energik, penuh vitalitas dan inovatif. Personal-personalnya harus cerdas dan pintar membaca kemajuan zaman. Yapi semuanya itu tetap dalam konteks perpaduan iman, ilmu, dan amal (QS. Al-Mujadalah).

 Prinsip Ijtihad
Prinsip ini melahirkan ruh jihad dalam arti menyeluruh melalui penayagunaan nalar, rasio, dan logika yang memadai dalam mencari interprestasi baru bai isi kandungan Al-Quran da Assunnah. Ijtihad alam pengertian sesungguhnya adalah mencari berbagai terobosan hokum sebagai jalan keluar untuk mencapai tujuan, sehingga ijtihad mampu memberikan jawaban terhadap bermacam-macam persoalan kehidupan umat dari berbagai dimensi, baik polotik, social, maupun ekonomi. (QS. Al-Ankabut : 69).

 Prinsip Pendaan dan Kaderisasi
Prinsip ini mengingatkan bahwa setiap orgnisasi dakwh harus berusaha mendapatkan dukungan dana yang realistic dan diusahakan secara mandiri dari sumber-sumber yang halal dan tidak mengikat. Disamping itu, organisasi dakwah dengan manjemn yang baik juga harus kader yang andal dan propesional, sehingga tidak terjadi kevakuan gerak dari waktu ke waktu. Kader yang dimaksud harus berdiri dari tenaga-tenag yang beriman dan bertakwa, berilmu, berakhlak, dan bermental jihad. (QS. Al-Fath : 29).

 Prinsip Komunikasi
Prinsip ini memberikan arah bahwa setiap organisasi dakwah, pengelolaannya harus komunikatif dan persuasif, karena dakwah sifatnya mengajak bukan mengejek, dakwah itu harus sejuk dan memikat. Meskipun esensi dakwah menyampaikan kebenaran dan kebenaran itu kadang kala keras dan pahit, namun dalam penyampaiannya tetap di tuntut bijaksana dan dengan bahasa komunikasi yang mengena, sehingga betapapun pahitnya, umat tidak antipasti melainkan tetap dapat menerima dan memahami dengan akal yang sehat. (QS. Az-Zumar : 18).

 Prinsip tabsyir dan taisir
Kegiatan dakwah harus dilaksanakan dengan prinsif mengembirakan dan mudah. Mengembirakan berarti ada nilai yang membawa hati menjadi senang dan tenang, membuka cakrawala dan wawasan yang mencarikan jalan keluar dari kesulitan. Dakwah tidak kerasa sebagai sesuatu yang memberatkan, tapi justru menarik untuk di ikuti dan perlu di bantu. Mudah belarti tidak saja dari surut pemahaman pesan atau materi dakwah tapi juga dari sudut pelaksanaan dan pengamalan pesan-pesan dakwah yang disampaikan. (QS. Saba : 28).

 Prinsip Integral dan Komprehensif
Prinsip ini mengingatkan kepada kita bahwa pelaksanaan kegiatan dakwah tidak hanya terpusat di masjid atau di lembaga-lembaga keagamaan semata, akan tetapi harus terintegrasi dalam kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan yang menyeluruh dari segenap strata social masyarakat, baik birokrat atau penguasa
maupun lapisan elite ekonomi dan masyarakat marginal.(QS. Al-Anbiya : 107).

 Prinsip Penelitian dan Pengembangan
Kompleksitas permasalahan umat harus menjadi kajian dakwah yang mendalam, karena dakwah akan gagal bila saja sudut pandang hanya terpusat pada satu sisi saja, sementara komunitas masyarakat lainnya terabaikan. Atas dasar hal tersebut Rasulullah dalam berdakwah senantiasa berupaya mendatangi kantong-kantong masyarakat dari berbagai bidang status dan kedudukan baik kaya maupun miskin, raja maupun rakyat jelata. Hal itu terlihat dari safari dakwah Rasulullah dan surat-surat yang dikirimkannya kepada raja-raja yang belum Islam di zamannya. Semua rekaman sejarah dan dokumen itu harus di ikuti dengan penelitian dan pengkajian yang serius, sehingga sejarah masa lalu dapat dijadikan jembatan yang berharga untuk melanjutkan rencana dakwah masa depan yang panjang.(QS. Al-Kahfi: 13 dan 14 serta QS. Ar-Rahman:33)

 Prinsip Sabar dan Istiqamah
Bersaing dengan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, sering membuat dakwah menemui jalan buntu bahkan melelahkan. Kelelahan tanpa di sadari dapat menghilangkan kesabaran dan merusak nilai-nilai istiqamah.
Di saat-saat seperti itulah prinsip sabar dan istiqamah perlu di segerakan untuk diaktualisasikan melalui berbagai kegiatan dakwah. Nilai-nilai sabar dan istiqamah yang digerakkan dengan landasan iman dan takwa dapat melahirkan semangat dan potensi rohaniah yang menjadikan dakwah sebagai kebutuhan umat.(QS. Fushshilat : 30)

8. AZAS MANAJEMEN
Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas bukanlah huklum atau dogma, tetapi hanya sebagai hipotesis yang harus diterapkan secara fleksibel, praktis, relevan, dan konsisten. Dengan demikian menggunakan asas manajemen, seorang manajer dapat mengurangi atau menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam menjalankan pekerjaannya, dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan semakin besar. Azas manajemen merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Azas manajemen muncul dari hasil penelitian dan pengalaman.
Azas manajemen menurut F.T. Taylor adalah:
o Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik.
o Pemilihan serta pengembangan para pekerja.
o Usaha untuk menghubungkan serta mempersatukan metode kerja yang terbaik dan para pekerja yang terpilih dan yang terlatih.
o Kerja sama yang harmonis antara manajer dan non-manajer, meliputi pembagian kerja dan tanggung jawab manajer untuk merencakan pekerjaan .
Asas- asas umum manajemen menurut Henry Fayol yaitu :
o Division of Work, dalam asas ini terdapat keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan, yaitu:
• Keterbatasan waktu
• Keterbatasan pengetahuan
• Keterbatasan kemampuan
• Keterbatasan perhatian
Tujuannya untuk memperoleh efisiensi organisasi dan pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi sangat diperlukan.
o Authority and Responsibility, dalam asas ini harus adanya pembagian wewenang dan tanggungjawab antara atasan dan bawahan.
o Discipline, dalam asas ini hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah ditetapkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi serta dilaksanakan sepenuhnya.
o Unity of Command (berhbungan dengan bawahan), menurut asas ini hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah dari seorang atasan dan bertanggung jawab hanya kepada atsan.
o Unity of Direction (berhubungan dengan seluruh perusahaan) , setiap orang (sekelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu tujuan, satu perintah, dan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah, kesatuan gerak dan kesatuan tindakan menuju sasaran yang sama.
o Subordination of Individual Interest into General Interest, setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama (organisasi) di atas kepentingan pribadi.
o Remuneration of personnel, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus adil, wajar, dan seimbang dengan kebutuhan, sehingga memberikan kepuasan yang maksimal baik bagi karyawan maupun majikan.
o Centralization, setiap organisasi harus mempunyai pusat wewenang.
o Scalar of Chain (Hierarchy), saluran pemerintah atau wewenang yang mengalir dari atas ke bawah harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas, tidak terputus, dan dengan jarak terpendek.
o Order, asas ini dibagi atas material order dan social order, artinya keteraturan dan ketertiban dalam penempatan barang-barang dan karyawan.
o Equity, yaitu pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam pemberian gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman.
o Initiative, seorang pimpinan harus memberikan dorongan dan kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif, dengan memberi kebebasan, agar bawahan secara aktif memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya.
o Esprit de Corps (Asas Kesatuan), kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina melalui sistem komunikasi yang baik, sehingga terwujud kekompakan kerja (team work) dan timbul keinginan untuk mencapai hasil yang baik.
o Stability of Turn-over of Personnel (Kestabilan Jabatan Karyawan), pimpinan perusahaan harus berusah agar mutasi dan keluar masuknya karyawan tidak terlalu sering , karena akan mengakibatkan ketidakstabilan organisasi, biaya-biaya semakin besar, dan perusahaan tidak mendapat karyawan yang berpengalaman.

9. AZAS-AZAS MANAJEMEN DAKWAH
Asas-asas (prinsip) dasar yang perlu ada pada setiap manajemen dakwah, antara lain: substansi dakwah adalah berporos pada ajakan untuk memikirkan klaim terpenting tentang hidup dan mati, kebahagiaan atau siksaan abadi, kebahagiaan didunia atau kesengsaraan, cahaya kebenaran atau gelapnya kepalsuan, kebajikan dan kesejahteraan, maka dakwah haus dilakukan dengan integrasi penuh baik bagi para pendakwah ataupun objek dakwah. Dalam kegiatan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah itu sendiri. Dimana aktivitas dakwah, khususnya dalam skala organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan sbauah pengaturan atau manajerial yang baik.

10. RUANG LINGKUP MANAJEMEN DAKWAH
Ruang lingkup kegiatan dakwah dalam tataran manajemen merupakan sarana atau alat pembantu pada aktivitas dakwah itu sendiri. Karena dalam sebuah aktivitas dakwah itu akan timbul masalah atau problem yang sangat kompleks, yang dalam menangani serta mengantisipasinya diperlukan sebuah strategi yang sistematis. Dalam konteks ini, maka ilmu manajmen sangat berpengaruh dalam pengelolaan sebuah lembaga atau organisasi dakwah sampai pada tujuan yang diinginkan.
Sedangkan ruang lingkup dakwah akan berputar pada kegiatan dakwah, dimana dalam aktivitas tersebut diperlukan seperangkat pendukung dalam mencapai kesuksesaan. Adapu hal-hal yang memengaruhi aktivitas dakwah antara lain meliputi :
 Keberadan seorang da’I, baik yang terjun secara langsung maupun tidak langsung, dalampengertian eksistendi da’I yang bergerak dibidang dakwah iut sendiri. Hal ini bisa kita lihat dari karekteristik dan kemampuannya, baik secara jasmani maupun rohani.
 Materi merupakan isi yang akan disampaikan kepada mad’u, pada tataran ini materi harus bisa memenuhi atau yang dibutuhkan oleh mad’u, sehingga akan mencapai sasaran dakwah itu sendiri, dan
 Mad’u kegiatan dkwah harus jelas sasarannya, dalamartian ada objek yang akan didakwahi.
Apabila ketiga kompenen tersebut diolah dengan menggunakan ilmu manajemen yang islami, maka akivitas dakwah akan berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebab bagaimanapun juga sebuah aktivitas itu sangat memerlukan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan secara sempurna. Aktivitas dakwah membutuhkan sebuah pemikiran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan mad’u, dan mamanjemen akan berperan sebagai pengolah atau distributor dalam pemiiran-pemikiran tersebut. Sehingga akan dapat menampilkan dakwah Islam yang menarik dan elegan, tidak monoton dan membosankan.
Ini adalah tantangan bagi aktivitas dakwah untuk menghindarkan sebagai instituisi Islam yang fungsional, oleh karenya materi dan metode penyampaiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan penerima dakwah dan mampu mengatasi persoalan yang dihadapi umat, sehingga dakwah Islam hadir sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam.
11. AYAT YANG MENDUKUNG TENTANG MANAJEMEN DAKWAH
Ayat yang mendukung tentang Manajemen Dakwah adalah:
 Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسُُ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرُُ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
 Q.S. An-Nahl : 125
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلَ رَبِّكَ بِاْلحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةُ اْلحَسَنَةِ وَجدِلْهُمْ بِالًّتِى هِيَ اَحْسَنُ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ, وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.
Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan batahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
 Q.S Al-Imran: 104
وَلْتُكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَدْ عُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَاْ مُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَاوُلئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
 QS asy-Syu’ara: 214-216
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu, katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan.”
 Q.S Al-Imran: 110
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَاْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ باِللهِ وَلَوْ ءَامَنَ اَهْلُ اْلكِتبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْ مِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفسِقُوْنَ.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab berima, tentulah itu lebih baik mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
 QS al-Hijir: 94
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
Sampaikanlah olehmu secara terang-etrangan segala yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.
 Q.S. Yunus : 25
وَاللهُ يَدْعُوْا اِلى دَارِ السَّلمِ وَيَهْدِى مَنْ يَشَاءُ اِلى صِرطٍ مُسْتًقِيْمٍ
Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
 Q.S Al-Baqarah :208
يَايُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اُدْخُلُوا فِى السِّلْمِ كَافَّة ًوَلاَ تَتَّبِعُوْا خُطُوتِ الشَّيْطنِ اِنَّه لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
 Q.S Al-Isra :105
وَبِاْلحَقِّ اَنْزَلْنهُ وَبِا ْلحَقِّ نَزَلَ وَمَا اَرْسَلْنكَ اِلَّا مُبْشِّرًا وَنَذِيْرًا
Dan Kami turunkan al-Quran itu dengan sebenar-sebernanya dan al-Quran itu telah turun dengan membawa kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
 Q.S Fushshilat : 33
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّنْ دَعَا اِلَى اللهِ وَعَمِلَ صلِحًا وَقَالَ اِنَّى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri.
 Q.S Al-Maidah : 67
يَايُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَا اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ وَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ, وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ اِنَّ اللهَ لَا يَهْدِى اْلقَوْمَ الْكفِرِيْنَ.
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikannya amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari gangguan manuusia.36 Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.37

12. HADITS YANG MENDUKUNG TENTANG MANAJEMEN DAKWAH
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Beberapa istilah dikenal bahwa yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
 HR. Ibnu Mubaraq
اِذَا اَرَدْتَ اَنْ تَفْعَلَ اَمْرًا فَتَدَبَّرَ عَاقِبَتَهُ فَاِنْ كَاَنَ خَيْرًا فَاْمضِ وَاِنْ كَاَنَ شَرًّا فَانْتَهِ (رواه ابن المبا رك)
“jika anda ingin melakukan sesuatu perbuatan atau pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, jika perbuatan itu baik teruskan, dan jika perbuatan itu jelek maka berhentilah”
 HR.Matafuq’alaih
اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلىَ اللهِ اَدْوَمُهَا وَاِنْ قَلَّ (متفق عليه)
“amal yang paling disukai Alloh yaitu yang dikerjakan dengan tetap walaupun dikerjakan sedikit-sedikit”
 H. R. Muslim
وَعَنْ اَبِى مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرِ وَاْلاَنْصَارِىِّ اْلبَدْرِىِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَا عِلِهِ . (رواه مسلم
Abu Mas’ud Uqbah bin Amru Al-Anshari ra. berkata: “Telah bersabda Rasulullah Saw: ‘Barang siapa yang menunjukan pada kebaikan maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengejakannya.
 H.R. Muslim
وَعَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ : اَنَّ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ دَعَا اِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلُ اُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَ لِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا اِلَى ضَلاَ لَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْاِثْمِ مِثْلُ اَثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ اَثَا مِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم
Abu Hurairah ra. berkata: “Rasulullah Saw telah bersabda: ‘Barang siapa yang mengajak kepada kebaikan, maka baginya diberikan seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sama sekali dan barang siapa yang mengajak pada kesesatan, maka baginya diberikan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun’.”
 H. R. Muslim
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَاَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغِيّرْهُ بِيَدِهِ, فَاِنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَاِنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَالِكَ اَضْعَافُ الْاِيْمَانِ. (رواه مسلم
Abu Sa’id Alkhudry ra. berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Siapa saja di antara kamu yang melihat kemungkaran maka cegahlah dengan tangannya, kekuatannya, jika tidak bisa maka cegahlah dengan lisannya, tapi jika tidak bisa, maka ingkarilah dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemah iman’.”
 H. R. Muttafaq Alaih
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : اِيَّا كُمْ وَاْلجُلُوْسُ فِى الطُّرُ قَاتِ, فَقَالُوا : يَارَسُولُ اللهِ , مَا لَنَا مِنْ مَجَالِسِنَا بُدٌّ نَتَحَدَّثُ فِيْهاَ ؟ فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم : فَاِذَا اَبَيْتُمْ اِلَّا اْلمَجْلِسَ فَا عْطُوْا الطَّرِيْقَ حَقَّهُ . قَالُوا : وَمَا حَقُّ الطَّرِيْقِ يَا رَسُولُ الله؟ قَا لَ : غَضُّ الْبَصَرِ, وَكَفُّ اْلاَذَى, وَرَدُّالسَّلاَمِ, وَالْاَمْرُ بِا ْلمَعْرُوْفِ, وَالنَّهْيُ عَنِ اْلمُنْكَرِ. (متفق عليه
Abu Sa’id Al-Khudry ra. berkata: “Rasulullah Saw pernah bersabda: ‘Jauhilah duduk-duduk di pinggir jalan’. Kata mereka: ‘Sebenarnya kami perlu sekali duduk-duduk ditengah jalan untuk mengobrol’. Beliau menjawab: ‘Jika kalian memang perlu, maka berikanlah hak jalanan’. Tanya mereka : ‘ Apakah hak jalanan itu, ya Rasulullah? Beliau menjawab : ‘Tundukkan pandangan mata, jangan menyakiti orang lain, menjawab salam, menyuruh kebajikan dan mencegah yang mungkar’.”
 H. R. Abdullah bin Umar
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو - رضى الله عنهما - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
Dari Abdullah bin Umar r.a. Nabi SAW bersabda, "Muslim adalah orang yang menyelamatkan semua orang muslim dari lisan dan tangannya. Dan Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah"
 H.R. Anas
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Dari Anas, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka."
 H. R. Turmudzi
عَنْ حُذَيْفَةِ رَضِىَ الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : وَاَّلذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَاْ مُرُنَّ بِا لْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ اَوْ لَيُو شِكَنَّ اللهُ اَنْ يَبَعْثَ عَلَيْكُمْ عِقَا بًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْ نَهُ فَلَا يُسْتَجَا بُ لَكُمْ . (رواه الترمذى وقال : حديث حسن
Hudzaifah ra. berkata: “Pernah Rasulullah Saw bersabda: ‘Demi zat yang pernah menguasai diriku, hendaklah kalian memerintahkan kebajikan dan melarang kemungkaran, atau bila kalian enggan melaksanakannya, niscaya Allah menurunkan siksa-Nya pada kalian, lalu kalian minta maaf pada Allah, tapi Allah tak menerimanya’.”
 H. R. Abu Daud dan Turmudzi
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيِّ رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : اَفْضَلُ لجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِىْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ. (رواه ابو داود والترمذى
Sa’id Al-Khudry ra. berkata: “Rasulullah Saw telah bersabda: ‘Sesungguhnya jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim’.”
 H.R Nasa’i
عَنْ اَبِى عَبْدِ اللهِ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ اْلبَجَلِىِّ الْاَحْمَسِىِّ رضى الله عنه: اَنَّ رَجُلاً سَاَ لَ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم وَقَدْ وَضَعَ رِجْلَهُ فِى اْلغَرْزِ, اَيُّ الْجِهَادِ اَفْضَلُ ؟ قَالَ : كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَا ئِرٍ. (رواه النسائى باسناد صحيح
Thoriq ibn Syihab Al-Bajali Al-Akhmasyi ra. berkata: “Ada seorang laki-laki yang bertanya pada Rasulullah Saw : ‘Jihad apa yang paling utama’? Jawab beliau: ‘Menyampaikannya kebenaran kepada penguasa yang zalim’.”
 HR.Muslim
وَاِنّىِ خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلُّهُمْ وَاِنَّهُمْ اَتَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِم
“sesungguhnya telah ku ciptakan hamba-hambaku itu berwatak hanif. Kemudian setan datang kepada mereka, maka disesatkannya mereka ari agama mereka”
 HR. Bukhori Muslim
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الِامَامُ رَاعٍ وَمَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ (رواه البخا رى ومسلم )
“setiap kamu adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggug jawaban atas kepemimpinannya.
 HR. Muslim
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَاَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغِيّرْهُ بِيَدِهِ, فَاِنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَاِنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَالِكَ اَضْعَافُ الْاِيْمَانِ. (رواه مسلم)م
Dari abi said r.a berkata: saya mendengar Rosulullah saw. Berkata: Siapa saja yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu juga maka rubahlah dengan hatinya, dan yang demikian (merubah kemungkaran dengan hati) merupakan selemah-lemahnya iman. (H.R. Muslim)

13. KOMPETENSI APA YANG PALING ANDA INGIN KUASAI DALAM MANAJEMEN DAKWAH?
MANAJEMEN ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN ISLAM


DAFTAR PUSTAKA
Munir, Muhammad, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah. 2009, Kencana, Bandung.
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, 2009, Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah, Bumi Aksara, Bandung.
Kayo, Drs. RB. Katib Pahlawan, 2007, Manajemen dakwah Dari Dakwah Konvesional Menuju Dakwah Profesioal. Amzah, Jakarta.
Ulber, Drs. Silalahi, MA. 2002. Pemahaman Pratis Asas-Asas Manajemen. Mandar maju, Bandung.
Bahreisi, Hussein. Ensilopedi Hadist Nabi Sahih Buchari-Muslim. 2003, Bintang Usaha Jasa, surabaya.
Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si. dan Aliyudin, S.Ag., M.Ag., 2009, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Widya Padjadjaran, Bandung.
Shaleh, Rosyad., 1977, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta.
Munir, S.Ag, M.A. dan Wahyu Illaihi, S.Ag, M.A., 2009, Manajemen Dakwah, Kencana, Jakarta.
Ali Azis, Moh, 2004, Ilmu Dakwah, Timur Kencana, Jakarta.
Kusnawan, Aep, M.Ag., 2004, Ilmu Dakwah:Kajian bebagai aspek, Pustaka Bani Quraisy:Bandung.

when we pray !

Ketika manusia berdo'a,
"Ya Allah ambillah kesombonganku dariku."
Allah berkata,
"Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus
menyerahkannya."
Ketika manusia berdo'a,
"Ya Allah sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat."
Allah berkata,
"Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah
sementara."
Ketika manusia berdo'a,
"Ya Allah beri aku kesabaran."
Allah berkata,
"Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi
cobaan tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri."
Ketika manusia berdo'a,
"Ya Allah beri aku kebahagiaan."
Allah berkata,
"Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamua
sendiri untuk menghargai keberkahan itu."
Ketika manusia berdo'a,
"Ya Allah jauhkan aku dari kesusahan."
Allah berkata,
"Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan
mendekatkanmu pada Ku."
Ketika manusia berdo'a,
"Ya Allah beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini
nikmat."

Allah berkata,
"Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala
hal."
Ketika manusia berdo'a,
"Ya Allah bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu
padaku.

Allah berkata...
"Akhirnya kau mengerti ...!"
Kadang kala kita berpikir bahwa Allah tidak adil,
kita telah susah payah memanjatkan doa,meminta dan berusaha,
pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya.

Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan
lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali
orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan.

Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan
jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya-tanpa susah
payah.

Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan
sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan
mudah berganti pasangan.

Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun
kebutuhanlah yang terus meningkat.

Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa
dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak
kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Allah) dan merengek agar dibelikan es.Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita.
Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.

Begitu pula dengan Allah, segala yang kita minta Allah tahu
apa yang paling baik bagi kita.
Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Allah
mengabulkannya.
Karena Allah tahu yang terbaik yang kita tidak tahu.